Kejadian di Kontruksi dan Sebuah Rahasia - Riska Widiana
Bangunan
walet yang menjulang lima hingga enam tingkat itu terlihat kokoh. Berwarna abu-abu
secara natural, dinding asli dari semen. Terlihat kumuh dan kusam tanpa cat. Karena
dibiarkan begitu saja oleh pemiliknya, meski disengat panas dan disiram hujan.
Sampai hari ini bangunan itu hanya sebagai wadah kerja, tidak ada satu staf
atasan yang bertanggung jawab untuk merenovasi supaya lebih bagus. Menyebut
siapa pemilik gedung walet tersebut sebenarnya ambigu, hingga hari ini sudah puluhan
kali berganti ketua masing-masing tim kerja. Setiap tahun bangunan itu terus
bertambah dan aktif membuka lowongan kerja bagi banyak orang. Mereka tidak
memandang pendidikan, jika memadai dan dapat bertanggung jawab, jujur dan kompeten
akan diterima. Anehnya bertahun-tahun bangunan ini tidak ada yang menyebutkan
siapa pemilik asli dan dari mana asal upah kami sumbernya. Ke mana hasil air
liur walet yang biasa dipanen, apakah sampai
ke tangan pemilik atau ke tangan yang hanya sekedar memanfaatkan bangku kosong
kepemilikan gedung walet tersebut, yang sudah berbaris dua puluh bangunan. Masing-masing
bangunan terdiri dari lima sampai enam tingkat. Pernah suatu hari aku ingin
bertanya pada Pak Madi ketua seluruh tim kerja, saat ada pekerjaan proyek
bangunan walet yang ke dua puluh satu, tapi Midan temanku menyikut sebelum
mulutku terbuka.
“Jika
kau mau selamat di tempat kerja, mestinya harus jaga mulutmu dari pertanyaan
itu,” Ucapannya membuatku mengernyitkan dahi, belum sepenuhnya mengerti maksud
perkataan Midan
“Apa
ada yang salah dengan pertanyaan itu?” Tanyaku heran, “Ketua sangat sensitif
jika ditanya siapa pemiliknya, bahkan kau tak segan-segan ia bunuh,” Jawab Midan
dengan logat bataknya memperingatkan, aku bergidik mendengarnya. Midan
menjelaskan bahwa pernah suatu hari, salah satu temannya tiba-tiba saja tewas
setelah bertanya basa-basi tentang siapa pemilik asli gedung walet. Bukan hanya
lelaki itu seorang, bahkan banyak dari pekerja setiap kali setelah bertanya
akan tewas dan penyebabnya tidak ada yang tahu pasti. Mereka juga tidak berani
mengatakan bahwa kemungkinan pembunuhnya adalah Pak Madi, karena hanya dugaan dan
takut menjadi fitnah. Maka peristiwa itu hanya menjadi pertanyaan besar dan
dibiarkan begitu saja.
Semenjak diberi peringatan itu, aku fokus
saja bekerja dan tidak ingin ambil pusing. Hanya memikirkan istriku Milah dan Sartika
putri kecilku yang berusia dua tahun. Bekerja di gedung walet adalah anugerah
besar bagi pria yang hanya menamatkan pendidikan sekolah dasar sepertiku. Gaji yang diterima tiap ada pekerjaan proyek baru pembangunan walet lumayan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Sayang sekali jika harus kehilangan pekerjaan itu,
hanya karena sebuah pertanyaan yang menurutku tidak bermasalah, tapi bermasalah
bagi orang yang tidak tahu cerita yang melatar belakangi.
***
Hari
ini aku Jamal, lelaki yang penuh semangat bekerja dibuat gemetar. Pasalnya
Midan temanku ditemukan tewas di dinding kamar mandi, tanpa luka dan memar.
Hanya tergeletak dan sudah tak bernyawa, dengan keadaan kepalanya basah kuyup. Aku masih tak percaya akan hal ini, seingatku
semalam sebelum pulang dan menjadi percakapan terakhir sebelum dia meninggal.
Aku dan Midan membicarakan mengenai kepemilikan gedung walet ini, apa bukan
hanya bertanya akan mati, bisa jadi apakah yang membahas pun akan mati. Aku
mulai menebak-nebak, jika benar apa kemungkinan nyawaku terancam. Aku ketakutan
dan menjadi tidak karuan, setelah jasad Midan dibawa ke ambulans menuju rumah
sakit, aku meninggalkan kerumunan yang dipenuhi karyawan karena melihat tragedi
ini. Aku memutuskan untuk keluar gedung demi memenangkan diri, perasaan itu amat
gelisah dan cemas. Tiba-tiba seseorang membekap mulutku hingga tak sadarkan
diri.
***
Aku
tersadar saat berada di ruangan yang sepertinya gudang. Penuh sisa-sisa kayu,
bungkus semen, terpal, dan alat-alat
konstruksi yang rusak. Serta aku melihat ada sebuah pintu sepertinya ada ruangan
lain di sini. Tapi pintu itu terkunci. Aku mendapati tubuhku terikat pada
sebuah kursi kayu dan mulut dilakban, aku masih kebingungan di mana sekarang
dan siapa yang berani menculik. Tiba-tiba datang tujuh orang lelaki dari pintu depan,
aku terkejut saat menatap salah satu dari mereka ada pak Madi, selaku pimpinan kami
di gedung walet ini. Pria itu tersenyum menyeringai dan memegang daguku dengan
senyuman penuh kebencian. Aku menatap marah dan ingin berontak. Lelaki itu
mengarahkan pistol ke dahiku, lalu mengamati dan mendekatkan wajahnya, sehingga
aku merasakan embusan napasnya yang berat.
“Jamal,
kau hanyalah pria miskin yang melarat dan bergantung dari pekerjaan ini bukan?”
Ucapnya lalu menekankan tongkat kayu yang ia pegang ke telapak kaki, serta
menatap tajam sambil menekan kuat-kuat kayu tersebut. Aku menahan sakit dengan
wajah memerah, tak kuasa berteriak sebab mulutku dilakban dan tubuh diikat.
Tapi mataku menatap penuh kebencian
“Kau,
matamu dan tatapan itu yang aku benci,” Ujarnya sambil mengacungkan kayu, lalu
menyeringai penuh kepuasan.
“Beraninya
lelaki rendahan sepertimu ingin tahu siapa pemilik gedung ini, apa maumu dan
kenapa kau ingin tahu bangsat,” “Buk, bak, buk” Tubuhku dipukulnya dengan kayu,
aku terjatuh dalam keadaan terikat, serta merasakan ada darah mengalir bagian pelipis
dan hidung, rasanya sakit sekali. Tetapi hatiku lebih sakit dan kini aku yakin
bahwa pak Madi adalah dalang di balik banyak kematian. Meski dalam keadaan
babak belur aku hanya bisa menatap lelaki itu penuh kebencian dan marah.
“Apa,
apa kau penasaran, siapa yang membunuh temanmu, siapa pemilik gedung?”
“Bukk”
kali ini pukulan itu mengenai punggung, aku kembali tak sadarkan diri
“Kau
harus mati jika ingin mengetahuinya,” Aku mendengar sekilas saat lelaki itu
berkata demikian sebelum semuanya gelap
***
Aku
tersadar dan kali ini mendapati tubuhku banyak perban dan dipasangi infus.
Bagian pelipis juga diperban dan kepala terasa berat. Aku sadar saat ini sedang
berada di rumah sakit, bukan di gudang kosong itu lagi. Aku berulang kali
mengucap syukur karena berhasil hidup, meski dengan keadaan luka-luka.
Sebelumnya hampir saja dibunuh oleh Pak Madi, tapi Tuhan menolongku saat polisi
berpatroli dan mendapat laporan dari temanku, Fadli. Dia melihat Pak Madi
membawa tubuhku yang pingsan menuju gudang, saat itu ia sendiri sedang berjalan
setelah evakuasi kejadian meninggalnya Midan. Ia juga berniat ingin
melihat-lihat arena bangunan barangkali menemukan bukti. Fadli tiba ke gudang
yang sudah bertahun-tahun tidak tersentuh dan ia penasaran mencoba untuk
melihat, tapi malah mendapati Pak Madi yang membawa dan memukuliku hingga
pingsan
***
Aku
berterima kasih banyak pada lelaki itu, sambil menangis mengingat nasib Midan
yang kini kabarnya baru saja dimakamkan. Aku meminta maaf kepada istri dan anakku
yang datang, karena membuat mereka dalam kesulitan dan cemas. Milah tidak menyalahkanku, ia bahkan sedih
karena insiden ini dan berharap tidak ada lagi korban setelah aku dan Midan.
“Seseorang
harus mengungkapkan bukti bahwa Pak Madi menggunakan gedung secara ilegal,” Ucap
Fadli dengan tatapan penuh dendam
“Apa
kau punya bukti untuk mengungkapkan kasusnya?” Aku bertanya ragu, lelaki itu
mengeluarkan sebuah buku berwarna coklat dari tasnya.
“Ini
adalah catatan transaksi Miras, Narkotika, dan Ganja yang diperjual belikan
oleh sekelompok Pak Madi secara ilegal.”
Aku
tercengang tidak percaya, Fadli memperlihatkan catatan dan tanggal lengkap
penerimaan barang yang diselundupkan secara ilegal dan dipasok di gudang tak
terpakai di gedung walet, lalu dijual oleh pelanggan yang sebagian staf yang
bekerja di gedung walet tersebut. Fadli ingin menceritakan banyak hal, tapi ia
keburu harus pergi karena jam besuk sudah habis.
“Aku
mendapatkan ini karena tergeletak begitu saja di dekat kau pingsan, saat polisi
datang meringkus mereka aku mengambil,” Bisiknya pelan, aku hanya menatapnya
dan masih ingin bertanya. Sebelum mulutku terbuka ia dengan cepat membisikkan
sesuatu kepadaku
“Untuk
sementara mereka ditahan karena menculikmu, bisa saja hukuman mereka akan
diringankan dan dalam beberapa hari akan dibebaskan. Sebelum itu terjadi aku
akan mengungkapkan semua bukti ini, kau tunggu dengan sabar agar lekas pulih.
Doakan aku,” Fadli menepuk bahuku, aku belum sempat bertanya ia sudah pergi
dari ruangan, bersamaan seorang perawat masuk untuk memeriksa keadaan dan mengganti
infus
***
Seminggu kemudian Fadli datang kembali, dan
kini aku sudah berada di rumah. ia menatapku dengan penuh kepuasan dan juga
kelegaan. Lelaki itu memelukku dengan erat sambil terharu.
“Sudah
ditangani dengan baik, aku lega,” Ucapnya dengan tersenyum puas. Fadli
bercerita, ternyata gedung itu pada dasarnya adalah pemilik keluarga Sucipto,
pemimpin terdahulu sebelum pak Madi memimpin dan kematian Sucipto juga
sepertinya disebabkan oleh kelompok Pak Madi. Lelaki tua itu rela membunuh
siapa pun yang mengancam usahanya. Pak Madi memanfaatkan gedung Pak Sucipto
dengan membuat surat kepemilikan secara ilegal dan mengatakan kepada seluruh
staf pekerja bahwa saat ini ialah pemilik asli gedung walet tersebut. Setelah
Sucipto meninggal, sebagai saudara laki-laki, dia diamanahi untuk menjalankan
usaha walet, tapi semua itu bohong dan hanya karangan pak Madi yang mengelabui
banyak orang dan keluarga Sucipto. Alih-alih menggunakan atas usaha walet,
lelaki itu ternyata memanfaatkan kerja lain secara tersembunyi demi keuntungan.
Setelah Fadli telusuri selama seminggu dengan mendatangi dan meyakinkan
beberapa staf yang tergabung, mereka mengaku bahwa sudah selama lima tahun
menggunakan dan menjual narkotika, miras dan ganja ke luar negeri, ada juga dari mereka yang sudah
ketergantungan. Beberapa yang terlibat dipinta untuk menjadi saksi di
pengadilan, meski awalnya mereka tidak mau. Tapi Fadli mengatakan bahwa
persembunyian mereka dalam menyeludupkan Miras, Narkotika dan Ganja sudah diketahui polisi. Ada dua pilihan agar
mereka mendapat keringanan, mengaku sendiri dan memberikan bukti penggelapan
dana dan memalsukan dokumen kepemilikan, serta gudang narkotika, Miras dan Ganja,
hukumannya akan diringankan, atau membekam di penjara bertahun-tahun. setelah
beberapa saksi berhasil ditundukkan dan Fadli mendapat petunjuk di mana letak
dokumen dan catatan buku besar yang sudah dia pegang dari awal. Para polisi menggeledah
tempat penyeludupan itu. Tempat rahasia yang kulihat waktu di gudang waktu itu.
Sesuai keputusan pengadilan, akhirnya dengan bukti yang jelas. Pak Madi beserta
kaki tangannya dipenjara seumur hidup. Kejahatan mereka bukan hanya menggunakan
gedung secara ilegal, memalsukan dokumen dan memasok Miras, Narkotika dan Ganja,
mereka juga membunuh tiap karyawan yang membicarakan mengenai kepemilikan
gedung. Karena merasa terancam, pembunuhan terus terjadi.
***
Aku lega setelah semua rahasia itu terungkap,
gedung walet dikembalikan ke keluarga Sucipto. Kini putra sulungnya, Faiz yang
menjadi pemimpin tetap. Keluarga mereka berterima kasih atas usaha Fadli dan
aku serta pihak kepolisian yang menangani, serta meminta maaf atas kelengahan
mereka. Setelah Pak Madi diringkus dan gudang Miras, Narkotika dan Ganja disita
dan ditutup. Gedung itu kini terlihat lebih hidup, direnovasi ulang dibenahi
lebih baik. Serta sistem kerja dan beberapa pemimpin kerja diganti, salah
satunya aku kini ditunjuk menjadi ketua tim empat, untuk melanjutkan bangunan
ke dua puluh satu. Aku bersyukur atas kenaikan jabatan ini, tentu Milah akan
tersenyum lebar saat mengetahui suaminya naik pangkat. Tapi bukan hal itu yang
paling utama sekarang, adalah bahwa kembalinya reputasi pemilik gedung walet dan
rasa tuntasnya penasaran banyak orang, rahasia
kematian para korban, serta rahasia di balik pemanfaatan gedung
tersebut.
Riau,
2023
___
Biodata Penulis:
Nama
Riska Widiana. Berdomisili di Riau kabupaten Indragiri hilir. Karyanya termuat
ke dalam media cetak dan online seperti Klasika kompas, Suara Merdeka, Babel
post, Merapi, Nusa Bali, Waspada Medan, Sarawak Malaysia, magrib id. Ayo
Bandung.com. Cendana News. Dunia santri, Barisan co. Metafor id. Bali politika,
Majalah elipsis, Hadila, semesta seni Dll. Juga di antologi seperti (FISGB
2022) (Hari Puisi Indonesia, Masyarakat jember 2022) (Suatu hari dari balik
jendela rumah sakit, Bali 2022) (Dokterku Cintaku, Denpasar 2022) (100 Tahun
Chairil Anwar, 2022) (Madukoro Baru 1, 2022) (Negeri poci 12. Raja kelana, 2022)
(puisi sepanjang zaman, Satria Publisher 2022) (Sebagai juara satu dalam lomba
tingkat Nasional, Jakarta dan Kolaburasi)
(Juara satu, Peraih Anugerah sebagai juara satu, Negeri kertas 2022)
kategori puisi terbaik nasional oleh penerbit Alqalam batang dan Salam Pedia,
2021)
Posting Komentar untuk "Kejadian di Kontruksi dan Sebuah Rahasia - Riska Widiana"