Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lidah yang Mengenal Bahasa Pertama - Wilda Hurriya



Sejak bayi aku mengenal bahasa pertama dari bubur tim buatan ibu. Segenggam garam menerjemahkan kasih yang tak pernah karam. Panas panci melumat butir beras dan lapar.

Orang-orang di rumah tumbuh bersama santapan penuh cinta. 


Dari tempat beraroma rempah itu, tercipta puisi pertama, memuja ibu dengan terbata-bata. Tentang kantuk yang menggelayuti sutil kayu atau hati tabah sebab irisan bersiung-siung bawang merah.


Berdiri ibu, di depan nyala tungku

Sambil menafsirkan bumbu-bumbu dari resep baru. 


Menunggu bayinya yang kini merantau di negeri jauh. Kelaparan di tengah tumpukan pasta. Lidahku rindu menghirup kuah sayur dan sambal ulek ibu. 


Ruang Kata, 5 April 2023






Biodata Penulis:



Wilda Hurriya. Lahir dan besar di Jakarta, saat ini tinggal di kabupaten Bogor. Pecinta sastra yang tersesat di fakultas teknik. Mencintai aksara dan mencinta koding pada akhirnya. Juara 2 lomba cerpen remaja WR Academy 2022, Juara 2 Anugerah COMPETER Indonesia 2023. Bergiat di COMPETER Indonesia dan aktif dalamTim Ruang Baca Genitri. Belajar puisi di AIS dan Ruang Kata.
Email: hurriyawilda@gmail.com IG: @wildahurriya

2 komentar untuk "Lidah yang Mengenal Bahasa Pertama - Wilda Hurriya"