Lidah yang Mengenal Bahasa Pertama - Wilda Hurriya
Sejak bayi aku mengenal bahasa pertama dari bubur tim buatan ibu. Segenggam garam menerjemahkan kasih yang tak pernah karam. Panas panci melumat butir beras dan lapar.
Orang-orang di rumah tumbuh bersama santapan penuh cinta.
Dari tempat beraroma rempah itu, tercipta puisi pertama, memuja ibu dengan terbata-bata. Tentang kantuk yang menggelayuti sutil kayu atau hati tabah sebab irisan bersiung-siung bawang merah.
Berdiri ibu, di depan nyala tungku
Sambil menafsirkan bumbu-bumbu dari resep baru.
Menunggu bayinya yang kini merantau di negeri jauh. Kelaparan di tengah tumpukan pasta. Lidahku rindu menghirup kuah sayur dan sambal ulek ibu.
Ruang Kata, 5 April 2023
Biodata Penulis:
Keren bgt ini puisinya
BalasHapusTerima kasih kak
Hapus